Langsung ke konten utama

Sebening Tetesan Hujan di Daun

 

Sebening Tetesan Hujan di Daun

Pot bunga yang berdiri tegap di sudut jendela di bawah rumah. Pincuran air dari atap-atap rasa. Pada saat hujan atap menanti dengan rasa cinta memberi jalan lurus menuju lobang-lobang got di bawah pincuran, mengalir menghadirkan percikan air kebencian, dingin membasuh luka.

Ketulusan sebening tetesan hujan yang jatuh di atas daun. Pecah-pecah namun melekat indah, daun-daun menanti dengan wajah tersenyum dan tertunduk.

Jangan jatuh ke tanah. Jangan pernah memberikan ketenangan dan kesejukan pada hal yang akan membuatmu tak terlihat. Namun hati yang sebening air tetap menghampiri tanah. Ketulusannya tetap sama menyuburkan kehidupan di dalam tanah yang memberikan pada akar-akar kehidupan.

10 Oktober 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Ber-dasi(rompi)

Yang berdasi selalu menarik perhatian semua orang, apa lagi uangnya banyak dompet tebal dan wajah yang gagah. Berpakaian rapi, pendidikan dan jabatan tinggi.  Siapa saja tergiur melihatnya, jika bisa ingin menjadi yang kedua(?) Jangan sampai. Itu hanya sementara. Jika masih single pastilah semua orang ingin memilikinya, setidaknya ingin dimiliki seseorang seperti itu. Sayangnya sudah tak bisa lagi, pasangannya sudah ada, bahkan ada yang nekad menjadi yang kedua.  Kedudukannya tinggi. Jika ada apa-apa bisa bebas dari apapun kan. Uang meloncat menutup mulut semua orang.  Karena duduknya tinggi hanya orang-orang yang berkepentingan yang bisa membuat janji pribadi,  tertutup tidak semua orang tau. Hanya dia dan Dia yang tau apa yang berdasi inginkan.  Ternyata dibalik itu ada sebongkah karung dibalik bagasi. Semua orang tau ketika yang berdasi sudah berganti baju dengan rompi.  Oh ternyata itu.  *tidak semua orang berdasi seperti itu, sebagian ...

Anak Sulungnya Ayah

Ini aku anak sulungnya ayah yang sudah berkali-kali dibantai semesta namun masih bisa tegap berdiri. aku butuh bahumu yang tegap setiap kali terjatuh, namun yang kulihat hanya bahu ibu; di matamu. dari setiap kegagalanku aku butuh pahlawan untuk sekadar menepuk pundakku, namun aku hanya bisa merasakan pelukan hangat dari tubuh ibu. aku selalu bertanya, ayah kenapa? ayah jalanmu sudah terlalu jauh dari ibu, pundaknya butuh diringankan bebannya agar tak ketinggalan. tubuhmu selalu ada disampingnya, namun jiwamu entah kenamana. ayah anak sulungmu butuh sosok yang menjadi penguatnya dikala badai menghadang. namun ia hanya dapat berteduh di bawah payung ibu. anak sulungmu butuh sosok yang paling kuat selain kuatnya hati ibu. Ayah, ketika aku dihantam badai, aku hanya melihat pundak ibu; aku juga ingin melihat pundakmu. Ayah, kakiku memang masih kuat berjalan sendirian, namun aku bohong jika hatiku kuat menahan rindu. hatiku rapuh bila melihat ibu di depan pintu dengan tangan kanan ibu yang ...

Sebuah perjalanan

"kita perlu menikmati waktu setelah sibuk mencari" Tahun lalu aku memberanikan diri untuk mengajakmu kesebuah tempat yang belum pernah sama sekali aku kunjungi, melalui perjalanan panjang, selama di perjalanan aku menggunakan insting sebagai petunjuk jalan. waktu itu kita sedang menenangkan pikiran dari lelahnya berpikir bagaimana cara memahami.  ternyata sulit sekali memulai perjalanan itu, butuh keberanian yang kuat agar sampai disana. sesampainya disana  dan menikmati indahnya surga itu adalah Pantai Nirwana yang terletah di Padang Provinsi Sumatera Barat. ada yang menarik ketika berada disana, karang-karangnya nan indah, pohon-pohon kelapa yang berjejer di tepi-tepi pantai sperti menjaga pasir agar tak terkikis oleh ombak.  Di sana juga tempat mudah-mudi bercerita tentang cinta yang mereka miliki, duduk berdua menikmati matahari tenggelam dengan tangan yang di genggam. bagi mereka adalah surga, sesuai namanya Pantai Nirwana.   "Ki...